Sebuah Klenteng pada
umumnya di dalam bangunan terdapat altar untuk berdoa, patung dewa,
gambar dewa, dan lainnya yang kental dengan agama Khong Hu Chu. Namun
ada berbeda dan menarik di Klenteng Bun Bio Jl. Kapasan, Surabaya.
Bio Kong juru kunci Klenteng Bun Bio mengatakan, Gus Dur merupakan sosok yang dihormati oleh warga Tionghoa. Berkat jasa Gus Dur pada masa pemerintahannya, warga Tionghoa bisa kembali mendapatkan kebebasan untuk melaksanakan tradisi, Budaya dan beribadah di Klenteng.
"Pada masa pemerintahan sebelum Gus Dur, atau masa orde baru beribadah di Klenteng, dan kegiatan-kegiatan keagamaan, adat istiadat warga Tionghoa dilarang. Namun saat Gus Dur menjadi Presiden, kebebasan untuk beragama khususnya Khong Hu Chu mulai diperbolehkan," kata Bio Kong, yang sudah menjadi juru kunci di Klenteng Bun Bio selama 10 tahun, Jumat (31/1/2014).
Dia menambahkan, berkat jasa Gus Dur, etnis Tionghoa di Indonesia bisa melakukan ibadah dengan adat, tradisi dan kepercayaannya masing-masing. "Foto Gus Dur ini untuk mengenang beliau yang sudah wafat, sekaligus sebagai bentuk penghormatan dan rasa terima kasih kepada Gus Dur," kata Bio Kong.
Sekadar diketahui, ketika Gus Dur menjabat sebagai Presiden RI ke-4, dia menerbitkan Kepres No. 6 tahun 2000, yang bertujuan untuk mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967 yang dikeluarkan Pemerintah Orde Baru. Sejak tahun 2001, Gus Dur juga menetapkan Imlek sebagai hari libur fakultatif dan kemudian berlanjut sebagai hari libur nasional dengan terbitnya Kepres no 19 tahun 2002 pada masa pemerintahan Presiden Megawati.
Teks Foto:
- Bio Kong juru kunci Klenteng Bun Bio meletakkan foto Gus Dur di tempat semula, setelah dibersihkan.
Suara Surabaya
0 komentar:
Posting Komentar