Tak
banyak yang tahu, kalau setiap tanggal 1 Maret adalah hari pemadam kebakaran.
"Pantang Pulang Sebelum Padam". Demikian moto yang dipegang teguh
para petugas pemadam kebakaran.
Bekerja sebagai petugas Pemadam Kebakaran lebih banyak duka daripada sukanya.
Bahkan mereka tak jarang dicemooh dan dicerca warga bila mobil pemadam kebakaran
terlambat datang, saat peristiwa kebakaran terjadi.
Padahal sedikit orang, yang mau melakukan pekerjaan penuh tantangan ini. Mereka
harus mempertaruhkan nyawa menerobos api, asap, dengan resiko terperangkap dan
pelbagai bahaya dalam menuntaskan pekerjaannya.
Salah seorang petugas pemadam kebakaran yang ditemui indosiar.com di kantor
Pusat Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan, Jalan Baru Pasar Jumat,
Jakarta Selatan, adalah Suroto (50), satu dari 100 pasukan pemadam kebakaran,
yang telah bekerja lebih dari 27 tahun.
Menurut Suroto, menjadi petugas pemadam kebakaran harus siap fisik dan mental.
Sebelum resmi menjadi anggota pemadam, setiap orang dilatih atau ditraining
selama tiga bulan. Dalam training itu, calon anggota pemadam kebakaran harus
bisa mempelajari medan yang akan diselamatkan, teknis tentang prosedur penyelamatan,
dan bagaimana cara menjinakan api, karena menjadi petugas pemadam juga mempunyai
prosedur tersendiri untuk memadamkan api.
Selain itu, menjadi petugas pemadam kebakaran, harus siap diterjunkan di lapangan
untuk membantu berbagai macam musibah bukan hanya kebakaran. Misalnya musibah
kebanjiran, mengevakuasi mayat atau penyelamatan yang lainnya.
Saat
ini, mobil pemadam kebakaran yang dimiliki Pemerintah Kota Madya Jakarta Selatan
berjumlah 20 unit, 1 unit rescue, 3 buah tangga dan 2 pompa serta perahu karet
5 buah. Jumlah itu tidak sebanding bila terjadi kebakaran yang cukup besar,
seperti yang terjadi di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Apalagi peralatan seperti perahu karet yang sangat dibutuhkan pada waktu banjir
seperti tahun 2000 lalu, yang juga menjadi tugas tambahan buat petugas pemadam
kebakaran.
Kendala yang sering terjadi di lapangan menurut Suroto yang bekerja selama
24 jam secara aplusan, adalah terbentur peralatan yang sangat minim. Selain
itu, mengenai terlambat datang ke lokasi karena kemacetan lalu lintas, serta
sulitnya kendaraan yang akan masuk ke TKP karena sempitnya jalan ataupun mencari
sumber air yang ada.
Saratnya pengalaman Suroto dalam tugasnya, membuatnya diangkat menjadi instruktur
bagi 100 personil pemadam kebakaran. "Masalah 'cacian dan cemoohan' dari
warga, sudah biasa kami terima hingga tak aneh lagi," katanya dengan nada
rendah.
Suroto mengakui, dirinya dan istri tidak memiliki usaha sampingan yang dapat
diandalkan untuk menambah penghasilan setelah pensiun nanti. Gaji yang diterima
saat ini hanya pas-pasan untuk hidup sehari-hari dan untuk menyekolahkan ketiga
anaknya. Apalagi membeli rumah, sedikit saja petugas Pemadam Kebakaran yang
punya rumah pribadi layak huni.
Indosiar